RSS

Pages

Kabupaten Ponorogo





Kabupaten Ponorogo adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km²[3]. Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 200 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur (Surabaya).Kabupaten Ponorogo dikenal dengan sebutan Kota Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia.


Pemerintahan

Pembagian administratif

Kabupaten Ponorogo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Ponorogo. Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 279 desa dan 26 kelurahan.

Bupati
Berikut nama-nama bupati Ponorogo sejak 1837:
Bupati Ponorogo
Nama Periode
R.A. Mertohadinegoro 1837 - 1854
R.M. Sasrokusuma 1854 - 1856
R.M.T. Cokronegoro I 1856 - 1882
R.M. Cokronegoro II 1882 - 1914
R.T. Sasroprawiro 1914 (7 hari)
R.M. Cokrohadinegoro 1914 – 1916
Pangeran Kusumo Yuda 1916 – 1926
R.T. Saim 1926 – 1934
R. Sutikno 1934 – 1944
R. Susanto Tirtoprojo 1944 – 1945
R. Cokrodiprojo 1945 – 1949
R. Prayitno 1949 – 1951
R. Muhamad Mangundipraja 1951 – 1955
R. Mahmud 1955 – 1958
R.M. Haryogi 1958 – 1960
R. Dasuki Prawirowasito 1960 – 1967
R. Suyoso 1967 – 1968
R. Sudhono Sukirjo 1968 – 1974
H. Sumadi 1974 – 1984
Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo 1984 – 1989
Drs. R. Gatot Soemani 1989 – 1994
DR. H.M. Markum Singodimedjo 1994 – 2004
H. Muryanto, SH, MM 2004 – 2005
H. Muhadi Suyono, SH, MSi 2005 – 2010
H. Amin, SH 2010 - Sekarang



Sejarah

Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker, lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.
Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.
Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia hidup(wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.



Penduduk

Menurut publikasi BPS jumlah penduduk kabupaten Ponorogo pada Sensus penduduk tahun 2010 adalah 855.281

Sejarah Kependudukan
Tahun 1980 1990 2000 2010
Jumlah penduduk 783.356 837.055 841.497 855.281

Agama
Agama yang dianut oleh penduduk kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Bappeda Jawa Timur pada tahun 2009, komposisi penganut agama di kabupaten ini adalah sebagai berikut[8]:
Islam 99,42%
Katolik 0.31%
Kristen Protestan 0.16%
Hindu 0.06%
Buddha 0.05%



Obyek wisata

Terdapat beberapa obyek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya obyek wisata budaya, obyek wisata industri, obyek wisata alam dan obyek wisata religius.

Obyek Wisata Budaya
Larung Risalah Do'a
Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu,saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari Makam Batoro Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai kota lama, ke Pendopo Kabupaten. Pada Malam harinya, di alun-alun kota, Festival Reog Nasional memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Do'a di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama do'a ke tengah-tengah Danau Ngebel.[9] Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Obyek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit dan Reog Bulan Purnama.

Obyek Wisata Industri
Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya Sentra Industri Seng di desa Paju kecamatan Ponorogo, Sentra Industri Jenang di desa Josari kecamatan Jetis dan Sentra Industri Kulit di desa Nambangrejo kecamatan Sukorejo.

Obyek Wisata Alam
Telaga Ngebel
Obyek wisata alam yang yang dapat dikembangkan sejajar dengan obyek wisata didaerah lain yaitu Telaga Ngebel. Panorama yang dapat dilihat di Telaga Ngebel sangat menakjubkan. Danau yang masih alami dan belum banyak terjamah fasilitas umum ini, dikelilingi oleh Gunung Wilis. Merupakan objek wisata potensial, yang mampu mendatangkan turis domestik maupun mancanegara apabila dikembangkan secara matang dan terpadu. Selain itu juga terdapat Taman Wisata Ngembag di kecamatan Siman, Mata Air Terjun Sari di desa Tanjung Sari kecamatan Jenangan, Sumber Air Panas di desa Talun kecamatan Ngebel, Sumber Air Asam di desa Gondowido kecamatan Ngebel, Air Terjun Pletuk di desa Jurug kecamatan Sooko, Gunung Bayang Kaki di desa Temon kecamatan Sawoo, Air Terjun Klenteng di desa Tumpuk kecamatan Sawoo, Air Terjun Kokok di desa Sawoo kecamatan Sawoo, Air Terjun Grojogan Coban di desa Tumpak Pelem kecamatan Sawoo, Goa Ngor di desa Tumpuk kecamatan Sawoo, Mata Air Mbeji di desa Bedingin kecamatan Sambit, Sendang Bulus di desa Pager kecamatan Bungkal, Goa Pertapan di desa Munggu kecamatan Bungkal, Gunung Loreng di desa Slahung kecamatan Slahung, Gunung Pringgitan di desa Wates kecamatan Slahung, Taman Sooko Sewu di desa Sukorejo kecamatan Sukorejo, Hutan Wisata Kucur di desa Biting kecamatan Badegan, Goa Lowo di desa Sampung kecamatan Sampung dan Air Terjun Widodaren di desa Bulu Lor kecamatan Jambon.

Obyek Wisata Religius
Masjid Tegalsari
Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis obyek wisata religius, yaitu obyek wisata ziarah dan obyek wisata agama. Obyek wisata ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di desa Setono kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di desa Tanjung sari kecamatan Jenangan. Dan obyek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di desa Klepu kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun abad XVII oleh Kyai Ageng Hasan Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di desa Tegalsari kecamatan Jetis.



Makanan khas


Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.
Selain sate, juga terdapat pecel Ponorogo. Perbedaan pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, tauge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.
Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu dawet Jabung. Dawet jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari desa Jabung salah satu desa di kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.[11]
Jajanan khas Ponorogo adalah jenang Mirah. Dinamakan jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari desa Josari. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo. Selain jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata.



Pendidikan

Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa pondok pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, diantaranya Nurcholis Madjid, Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin dan Hidayat Nurwahid. Pesantren yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk tahun 2008 berjumlah 58 pesantren.
Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta.

Pondok Pesantren
1. Pondok Modern Darussalam Gontor
2. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
3. Pondok Pesantren Al-Islam Joresan
4. Pondok Modern Arrisalah Slahung
5. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
6. Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto
7. Pondok Pesantren Darun Najah
8. Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper

Perguruan Tinggi
1. Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO)
2. Universitas Merdeka Ponorogo (UMP)
3. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
4. Institut Sunan Giri (INSURI)
5. Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
6. Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM)
7. Akademi Keperawatan (AKPER) Pemkab Ponorogo
8. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo

Sekolah Menengah
SMA
  1. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (RSBI)
  2. SMAN 1 Ponorogo (RSBI)
SMK
  1. SMKN 1 Ponorogo (RSBI)
  2. SMKN 1 Jenangan Ponorogo (SBI)
SMP/MTs
  1. SMPN 1 Ponorogo (RSBI)
  2. SMPN 1 Jetis Ponorogo (RSBI)
  3. MTSN Ponorogo (RSBI/RMBI)
Sekolah Dasar
  1. SD Muhammadiyah Ponorogo (RSBI)
  2. SDN Mangkujayan 1 Ponorogo (RSBI)
  3. SDN Brotonegaran 1 Ponorogo (SSN)

Perekonomian

Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di kecamatan Jetis dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa.
Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan.



*****






0 komentar:

Posting Komentar

Musuh yang Pandai itu lebih Baik, daripada Teman yang Bodoh.

Kabupaten Ponorogo





Kabupaten Ponorogo adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111° 17’ - 111° 52’ Bujur Timur dan 7° 49’ - 8° 20’ Lintang Selatan dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter diatas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km²[3]. Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 200 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur (Surabaya).Kabupaten Ponorogo dikenal dengan sebutan Kota Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia.



Pemerintahan

Pembagian administratif

Kabupaten Ponorogo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Ponorogo. Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 279 desa dan 26 kelurahan.

Bupati
Berikut nama-nama bupati Ponorogo sejak 1837:
Bupati Ponorogo
Nama Periode
R.A. Mertohadinegoro 1837 - 1854
R.M. Sasrokusuma 1854 - 1856
R.M.T. Cokronegoro I 1856 - 1882
R.M. Cokronegoro II 1882 - 1914
R.T. Sasroprawiro 1914 (7 hari)
R.M. Cokrohadinegoro 1914 – 1916
Pangeran Kusumo Yuda 1916 – 1926
R.T. Saim 1926 – 1934
R. Sutikno 1934 – 1944
R. Susanto Tirtoprojo 1944 – 1945
R. Cokrodiprojo 1945 – 1949
R. Prayitno 1949 – 1951
R. Muhamad Mangundipraja 1951 – 1955
R. Mahmud 1955 – 1958
R.M. Haryogi 1958 – 1960
R. Dasuki Prawirowasito 1960 – 1967
R. Suyoso 1967 – 1968
R. Sudhono Sukirjo 1968 – 1974
H. Sumadi 1974 – 1984
Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo 1984 – 1989
Drs. R. Gatot Soemani 1989 – 1994
DR. H.M. Markum Singodimedjo 1994 – 2004
H. Muryanto, SH, MM 2004 – 2005
H. Muhadi Suyono, SH, MSi 2005 – 2010
H. Amin, SH 2010 - Sekarang



Sejarah

Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker, lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala di daerah Ponorogo dan sekitarnya, juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History, sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo. Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.
Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Didalam musyawarah tersebut di sepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.
Pramana Raga terdiri dari dua kata: Pramana yang berarti daya kekuatan, rahasia hidup, permono, wadi sedangkan Raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa dibalik badan, wadak manusia tersimpan suatu rahasia hidup(wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri dimanapun dan kapanpun berada.



Penduduk

Menurut publikasi BPS jumlah penduduk kabupaten Ponorogo pada Sensus penduduk tahun 2010 adalah 855.281

Sejarah Kependudukan
Tahun 1980 1990 2000 2010
Jumlah penduduk 783.356 837.055 841.497 855.281

Agama
Agama yang dianut oleh penduduk kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Bappeda Jawa Timur pada tahun 2009, komposisi penganut agama di kabupaten ini adalah sebagai berikut[8]:
Islam 99,42%
Katolik 0.31%
Kristen Protestan 0.16%
Hindu 0.06%
Buddha 0.05%



Obyek wisata

Terdapat beberapa obyek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya obyek wisata budaya, obyek wisata industri, obyek wisata alam dan obyek wisata religius.

Obyek Wisata Budaya
Larung Risalah Do'a
Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu,saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari Makam Batoro Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai kota lama, ke Pendopo Kabupaten. Pada Malam harinya, di alun-alun kota, Festival Reog Nasional memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Do'a di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama do'a ke tengah-tengah Danau Ngebel.[9] Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Obyek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit dan Reog Bulan Purnama.

Obyek Wisata Industri
Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya Sentra Industri Seng di desa Paju kecamatan Ponorogo, Sentra Industri Jenang di desa Josari kecamatan Jetis dan Sentra Industri Kulit di desa Nambangrejo kecamatan Sukorejo.

Obyek Wisata Alam
Telaga Ngebel
Obyek wisata alam yang yang dapat dikembangkan sejajar dengan obyek wisata didaerah lain yaitu Telaga Ngebel. Panorama yang dapat dilihat di Telaga Ngebel sangat menakjubkan. Danau yang masih alami dan belum banyak terjamah fasilitas umum ini, dikelilingi oleh Gunung Wilis. Merupakan objek wisata potensial, yang mampu mendatangkan turis domestik maupun mancanegara apabila dikembangkan secara matang dan terpadu. Selain itu juga terdapat Taman Wisata Ngembag di kecamatan Siman, Mata Air Terjun Sari di desa Tanjung Sari kecamatan Jenangan, Sumber Air Panas di desa Talun kecamatan Ngebel, Sumber Air Asam di desa Gondowido kecamatan Ngebel, Air Terjun Pletuk di desa Jurug kecamatan Sooko, Gunung Bayang Kaki di desa Temon kecamatan Sawoo, Air Terjun Klenteng di desa Tumpuk kecamatan Sawoo, Air Terjun Kokok di desa Sawoo kecamatan Sawoo, Air Terjun Grojogan Coban di desa Tumpak Pelem kecamatan Sawoo, Goa Ngor di desa Tumpuk kecamatan Sawoo, Mata Air Mbeji di desa Bedingin kecamatan Sambit, Sendang Bulus di desa Pager kecamatan Bungkal, Goa Pertapan di desa Munggu kecamatan Bungkal, Gunung Loreng di desa Slahung kecamatan Slahung, Gunung Pringgitan di desa Wates kecamatan Slahung, Taman Sooko Sewu di desa Sukorejo kecamatan Sukorejo, Hutan Wisata Kucur di desa Biting kecamatan Badegan, Goa Lowo di desa Sampung kecamatan Sampung dan Air Terjun Widodaren di desa Bulu Lor kecamatan Jambon.

Obyek Wisata Religius
Masjid Tegalsari
Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis obyek wisata religius, yaitu obyek wisata ziarah dan obyek wisata agama. Obyek wisata ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di desa Setono kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di desa Tanjung sari kecamatan Jenangan. Dan obyek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di desa Klepu kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun abad XVII oleh Kyai Ageng Hasan Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di desa Tegalsari kecamatan Jetis.



Makanan khas


Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.
Selain sate, juga terdapat pecel Ponorogo. Perbedaan pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, tauge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.
Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu dawet Jabung. Dawet jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari desa Jabung salah satu desa di kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.[11]
Jajanan khas Ponorogo adalah jenang Mirah. Dinamakan jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari desa Josari. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo. Selain jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata.



Pendidikan

Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa pondok pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, diantaranya Nurcholis Madjid, Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin dan Hidayat Nurwahid. Pesantren yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk tahun 2008 berjumlah 58 pesantren.
Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta.

Pondok Pesantren
1. Pondok Modern Darussalam Gontor
2. Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
3. Pondok Pesantren Al-Islam Joresan
4. Pondok Modern Arrisalah Slahung
5. Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
6. Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto
7. Pondok Pesantren Darun Najah
8. Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper

Perguruan Tinggi
1. Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO)
2. Universitas Merdeka Ponorogo (UMP)
3. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
4. Institut Sunan Giri (INSURI)
5. Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
6. Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM)
7. Akademi Keperawatan (AKPER) Pemkab Ponorogo
8. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo

Sekolah Menengah
SMA
  1. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (RSBI)
  2. SMAN 1 Ponorogo (RSBI)
SMK
  1. SMKN 1 Ponorogo (RSBI)
  2. SMKN 1 Jenangan Ponorogo (SBI)
SMP/MTs
  1. SMPN 1 Ponorogo (RSBI)
  2. SMPN 1 Jetis Ponorogo (RSBI)
  3. MTSN Ponorogo (RSBI/RMBI)
Sekolah Dasar
  1. SD Muhammadiyah Ponorogo (RSBI)
  2. SDN Mangkujayan 1 Ponorogo (RSBI)
  3. SDN Brotonegaran 1 Ponorogo (SSN)

Perekonomian

Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di kecamatan Jetis dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa.
Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan.



*****






0 komentar:

Posting Komentar